Kisah Cleopatra ratu Mesir Kuno

 

Cleopatra sangat cerdas dan memiliki kepribadian kuat. Ia adalah keturunan Ptolemy yang berdarah Yunani, dan berasal dari Macedonia. Ia berhasil bertahan dalam keluarga, dimana kakak beradik siap saling membunuh untuk meraih kekuasaan. Cleopatra adalah nama Macedonianya, sedangkan nama takhta Mesirnya adalah Netjeret Mer-it-es yang berarti ‘dewi kesayangan ayahnya’.

Cleopatra dinobatkan menjadi ratu pada usia 18 tahun. Ia menikahi adiknya yang baru berusia 12 tahun, yang kemudian menjadi raja. Praktek incest (menikahi saudara kandung) merupakan kebiasaan pada masa itu dalam budaya Mesir, karena sebagai Pharaoh mereka dianggap keturunan dewa, dan hanya sesama dewa yang boleh menikah. Sewaktu naik takhta, Cleo menerima simbol pharaoh, yaitu tongkat keemasan, cemeti, dan tongkat kerajaan. Ia mengenakan jubah linen dan pakaian kulit resmi. Pita emas yang disebut uraeus melingkar di kepalanya, memperlihatkan ular kobra, yaitu ular penjaga bangsa Mesir.


Untuk mengukuhkan posisinya di mata rakyat Mesir, Cleo menyebut dirinya sebagai putri dewa paling berkuasa, yaitu Dewa Matahari atau Amun Ra. Ia sendiri memiliki dewi pelindung pribadi, yaitu Isis. Orang Mesir melihat Dewi Isis sebagai dewi baik yang mencintai semua makhluk. Para pharaoh menganggapnya ibu sejati mereka. Pada upacara-upacara ritual, Cleopatra seringkali memerankan dirinya sendiri sebagai Dewi Isis, pelindung seluruh rakyat Mesir.

Pada masa itu, kekaisaran Romawi sangat berambisi untuk menguasai Mesir, negeri yang kaya dan subur. Cleopatra, sang ratu Mesir, berupaya dengan segala cara untuk melindungi Mesir dari penguasaan Romawi. Karena tahu tentara Mesir tidak akan mampu melawan tentara Romawi, maka Cleo mendekati jenderal pemimpin Romawi, Julius Caesar.

Caesar terpikat dan jatuh cinta setengah mati kepada Cleo. Ia menikahi Cleo, meskipun sesungguhnya ia sudah punya isteri di Romawi bernama Calpurnia. Karena cinta dan kekagumannya kepada Cleo, Caesar membiarkan Cleo tetap menjadi ratu di negerinya sendiri. Setelah terbunuhnya Caesar oleh Senat Romawi, Cleo merasa harus mencari pelindung lain agar ia bisa tetap menjadi ratu di Mesir.

Pilihannya jatuh pada Mark Antony, teman dan letnan Julius Caesar. Antony adalah kapten pasukan kavaleri. Dialah yang mengontrol seluruh wilayah Mediterania. Ketika tahu Antony akan datang menemuinya, Cleo mempersiapkan penyambutan yang istimewa, yang tidak akan pernah dilupakan oleh Antony.


Sebagaimana Julius Caesar, Mark Antony pun bertekuk lutut di hadapan Cleopatra. Ia menjadi kekasih Ratu Mesir itu, dan lebih suka tinggal di istana Cleo daripada mengurusi pasukannya dan berperang menaklukkan jajahan baru. Pewaris Caesar, Octavianus, sangat marah, dan bersama tentara Romawi berniat menyerang Cleopatra dan Antony di Mesir. Antony kalah dalam peperangan di Actium, dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

Setelah kematian Antony, Cleo merasa tidak akan mampu mempertahankan Mesir dari gempuran Octavianus. Ia tidak sanggup melihat negeri yang dicintainya bakal dihancurkan Romawi. Ia juga tidak sudi dijadikan tawanan oleh Octavianus dan diarak dalam kehinaan di hadapan rakyatnya sendiri. Maka ketika pasukan Romawi tiba di Mesir, Cleo mengakhiri hidupnya dengan membiarkan ular Asp yang sangat beracun menggigit tubuhnya.

Cleopatra meninggal dengan mahkota masih berada di atas kepalanya. Ia tak pernah kehilangan takhtanya. Ia lebih suka mati daripada jatuh ke tangan lelaki yang akan menghina dan merenggut keratuan dari dirinya. Cleopatra, wanita yang berani, cerdas, dan keras hati. Patutlah jika legenda tentang dirinya tak lekang sepanjang masa.

0 komentar:

Posting Komentar